
Dampak emosi negatif terhadap tubuh via smartparenting.com.ph
Sumber.com – Apakah kamu sering merasa sedih dan marah? Rasa stres sewajarnya sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari cerita kehidupan kita. Tapi, emosi negatif tak hanya memengaruhi pikiran kamu Kawan Sumber. Perasaan negatif yang sering melanda, faktanya, memiliki dampak yang signifikan terhadap sistem imun tubuh kamu.
Sudah ada begitu banyak penelitian yang menyebutkan, bahwa emosi negatif kronis (yang diakibatkan oleh stres dan kecemasan misalnya) dapat memengaruhi kesehatan kita secara fisik. Stres yang berkelanjutan diantaranya dapat mengakibatkan gangguan memori otak, serta meningkatkan risiko terjadinya penyakit yang berkenaan dengan jantung dan pembuluh darah seperti stroke.
Tapi nampaknya, emosi negatif memiliki dampak yang lebih buruk dari yang kita duga sebelumnya.
Dilansir dari Medical News Today, tim spesialis dari Pennsylvania State University menemukan bahwa perasaan negatif ternyata bisa mengubah fungsi dan respons sistem imun tubuh, sehingga yang terjadi adalah risiko inflamasi yang dampaknya lebih jauh lebih buruk terhadap tubuh.
Penelitian yang dipimpin oleh Jennifer Graham-Engeland ini dimuat dalam jurnal Brain, Behavior, and Immunity.
Baca juga: Membiasakan Anak Menggunakan Hand Sanitizer, Efektifkah Mencegah Sakit?
Apa itu inflamasi?
Inflamasi adalah suatu respons sistem imun yang muncul secara alamiah, terutama di saat tubuh kita bereaksi terhadap luka dan infeksi. Tapi, inflamasi level tinggi cenderung dikaitkan dengan kesehatan yang buruk, serta munculnya berbagai kondisi kesehatan yang kronis seperti artritis.
Baca juga: Diet Anti-Inflamasi, Diet yang Ampuh Mencegah Berbagai Penyakit Radang
Bagaimana emosi negatif memengaruhi sistem imun manusia?
Tim peneliti meminta partisipan untuk mencatat perasaan mereka dari waktu ke waktu, dengan durasi selama lebih dari dua minggu. Dengan bantuan kuisioner, peneliti kemudian memetakan profil emosi dari masing-masing partisipan. Peneliti juga menilai respons sistem imun tubuh partisipan dengan cara mengumpulkan dan meneliti sampel darah mereka.
Peneliti menemukan bahwa individu yang dilanda emosi negatif beberapa kali dalam sehari, dan mengalaminya secara berkelanjutan, cenderung memiliki level inflamasi yang tinggi dalam sampel darah mereka.
Selain itu, peneliti mencoba mengambil sampel darah dari partisipan segera setelah patrisipan dilanda oleh emosi negatif (seperti sedih atau marah). Hasilnya, penanda biologis yang mengindikasikan level inflamasi tinggi semakin kentara terlihat dalam sampel darah mereka.
Penelitian ini merupakan salah satu studi pertama yang mempelajari hubungan antara emosi manusia (baik dalam jangka pendek maupun panjang) dengan level inflamasi tubuh. Tentunya penelitian lebih lanjut dan ekstensif masih diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan mengejutkan ini, dan mengetahui mekanisme dibaliknya.
Jika memang demikian, Jennifer berharap agar di masa depan, para praktisi medis nantinya dapat mengaplikasikan strategi penyembuhan pasien yang juga berfokus pada mental dan suasana hati pasien – sebagai pelengkap dari perawatan medis.
Baca juga: 10 Alasan Medis Mengapa Tidak Boleh Mengkonsumsi Mi Instan Secara Berlebihan